-->

Ads

✔️ Pengaruh Media Tanam Hidroponik

Pengaruh Media Tanam Hidroponik terhadap Pertumbuhan Bayam(Amaranthus sp.) dan Selada (Lactuca sativa)


PENDAHULUAN

Seiring  dengan  bertambahnya  jumlah  penduduk,  kebutuhan  masyarakat  terhadap  bahan  panganbernutrisi tinggi, seperti sayuran, semakin meningkat (LeMonte et al., 2016) namun lahan pertanian yangtersedia, khususnya di perkotaan semakin terbatas. Sistem pertanian hidroponik menjadi salah satu alternatifyang dapat  menjawab permasalahan tersebut. Pertanian hidroponik memiliki  berbagai keunggulan, sepertikebutuhan lahan yang relatif sempit (Siswanto & Widoretno, 2017), rendahnya tingkat serangan hama danpenyakit  karena  kondisi  lingkungan  yang  terkendali  (Abdullah,  2016),  meningkatnya  pertumbuhan  dan Warjoto, R.E., dkk: Pengaruh Media Tanam Hidroponik terhadap Pertumbuhan Bayam (Amaranthus sp )


Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik perlu mendapatkannutrisi lengkap, yakni yang terdiri dari unsur-unsur makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Cl, Mn, Fe, Cu,Zn, B, dan Mo) (Chekli et al., 2017). Selain itu, jenis media tanam juga berpengaruh pada tingkat produksi(yield) tanaman, kandungan biomassa kering (dry matter), serta kualitas tanaman yang mencakup tekstur,warna,  dan  rasa  (Putra  &  Yuliando,  2015).  Media  tanam  berfungsi  sebagai  tempat  melekatnya  akar,penyokong bagi  tanaman, dan  perantara larutan nutrisi  (Ainina &  Aini, 2018). Jenis  media tanam  yangumum digunakan dalam pertanian hidroponik adalah rockwool. Media tanam rockwool terbuat dari gabunganbatu bara,  batu kapur, dan  batu basalt yang diproses  dengan suhu tinggi  hingga membentuk  serat-serat.Proses pembuatan rockwool yang melibatkan suhu tinggi membuatnya steril dari mikroorganisme patogen,hama, ataupun benih gulma. Air juga mudah terlepas dari serat-serat rockwool sehingga struktur rockwoolmemberikan rasio  air dan udara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman (Bussell & McKennie, 2004).Rockwool bersifat inert secara biologis dan kimiawi sehingga penggunaannya tidak akan memodifikasi ataumembatasi suplai nutrisi bagi tanaman. Lebih dari 98% air dan unsur-unsur hara dapat diserap oleh tanamandalam sistem hidroponik dengan rockwool sebagai media tanam (Bussell  & McKennie, 2004). Meskipundemikian, penggunaan rockwool dianggap belum berkelanjutan, dan seratnya pernah diduga memicu kankerparu-paru (Drent et al., 2000; Bussell & McKennie, 2004). World Health Organization (WHO) kemudianmengevaluasi kembali risiko karsinogenik serat- serat vitreous seperti yang ada pada rockwool, dan akhirnyamengklasifikasikan rockwool sebagai materi yang non-karsinogenik bagi manusia (IARC, 2001).


Meskipun rockwool sudah umum digunakan sebagai media tanam hidroponik, eksplorasi bahan mediatanam lain yang mudah diperoleh dan terjangkau masih menarik untuk diteliti. Salah satunya adalah bahanspons. Spons mudah diperoleh, terjangkau, dan diketahui oleh semua kalangan masyarakat, termasuk yangmasih  awam  terhadap  sistem  pertanian  hidroponik.  Terdapat  berbagai  jenis  spons  berdasarkan  bahanpembuatannya, salah  satunya adalah  spons yang  berbahan polyurethane. Spons  jenis ini  bersifat sintetis,umum  digunakan  dalam  keperluan  sehari-hari,  serta  memiliki  sifat  mekanis  dan  elastisitas  yang  baik(Permono,  2018).  Menurut  sepengetahuan  penulis,  hingga  saat  ini  masih  belum  ada  penelitian  yangmembandingkan pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik menggunakan media tanamrockwool dan spons.  Oleh sebab  itu, pengaruh  media tanam rockwool lokal, rockwool impor, dan  sponsterhadap  pertumbuhan  bayam  (Amaranthus sp.) dan  selada (Lactuca  sativa) pada  hidroponik DFT  akanditentukan  dalam  penelitian  ini. Kedua  sayuran  ini dipilih  karena  umum  ditemukan  di masyarakat sertamemiliki  kandungan  gizi  seperti phylloquinone atau  Vitamin  K1  (de  Borst et  al.,  2016)  dan  senyawafitokimia (Randhawa et al., 2015) yang tinggi.

Selada Hidroponik


Metode Penelitian


Pemanenan  dan  pengukuran  pertumbuhan  tanaman.  Bayam  dipanen  pada  hari  ke-39  dan  seladadipanen pada hari ke-56 setelah semai. Parameter yang diamati dan diukur ketika panen yaitu jumlah daun,bobot segar tajuk, dan kadar klorofil. Pengukuran tinggi tanaman khusus dilakukan pada bayam.


Penentuan  kadar  klorofil.  Klorofil  diekstrak  dari daun  tanaman, dan  kadarnya ditentukan  menurutmetode  Harbourne  (1973).  Sebanyak  0,1  g  daun  ditimbang,  lalu  ditambahkan  10  mL  aseton  80%.Penggerusan dalam mortar selanjutnya dilakukan untuk mengekstrak klorofil. Kemudian hasil penggerusandisentrifugasi dengan kecepatan 3.000 rpm selama 15 menit dan larutan disaring menggunakan kertas filterWhatman  41. Larutan  selanjutnya  dimasukkan  ke dalam  kuvet  dan kadar  klorofil  diukur  menggunakanspektrofotometer pada  panjang gelombang  646 dan  663 nm.  Kadar klorofil  ditentukan dengan  rumus dibawah ini.

Kadar klorofil a = 12,21 (A.663) –2,81 (A.646) mg/L.

Kadar klorofil b = 20,13 (A.646) –5,03 (A.663) mg/L.

Kadar klorofil total = 7,18 (A.663) + 17,3 (A.646) mg/L.


Analisis  statistik. 

Data  dikelompokkan  berdasarkan  kombinasi  jenis  tanaman  dan  media  tanam,kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas variansi. Normalitas data dianalisis menggunakan ujiSaphiro-Wilk dan homogenitas variansi data dievaluasi menggunakan uji Levene. Apabila data terdistribusinormal dan variansinya homogen, maka dilakukan analisis parametrik Analysis of Variance (ANOVA) danuji post-hoc  Least  Significant  Difference (LSD).  Namun,  jika  data  tidak  terdistribusi  normal  dan/atauvariansinya  tidak homogen,  maka  dilakukan  analisis  nonparametrik Kruskal-Wallis  dengan  uji post-hocStepwise step-down multiple comparison. Semua analisis dilakukan dalam selang kepercayaan  95% (tarafsignifikansi 5%

Bayam Hidroponik


HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas variansi data,  diketahui bahwa tidak semua datamempunyai persebaran normal dan tidak semua data menunjukkan variansi homogen. Oleh sebab itu, dataselanjutnya  dianalisis  secara  nonparametrik  menggunakan  metode  Kruskal-Wallis  dengan  uji post-hocStepwise step-down multiple comparison (taraf signifikansi 5%).


Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah daun bayam yang ditanam pada media rockwool impor(16,86 ± 1,60 helai) lebih banyak daripada jumlah daun bayam yang ditanam pada rockwool lokal (14,50 ±1,84 helai) dan spons (12,50 ± 0,92 helai), namun tidak berbeda secara signifikan (Tabel 2). Media rockwoollokal memberikan hasil  terbaik pada  parameter pertumbuhan tinggi bayam (26,42  ± 1,42  cm) dan  bobotsegar tajuk bayam (19,23 ± 3,38 cm), meskipun tidak berbeda secara signifikan .


Jumlah daun selada yang ditanam pada media rockwool lokal (25,25 ± 1,38 helai) paling banyak danberbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan  jumlah daun selada yang  ditanam pada media  spons(17,00 ± 0,77 helai), meskipun tidak berbeda secara signifikan dari jumlah daun selada pada media rockwoolimpor (20,67 ± 1,73 helai). Parameter tinggi tanaman tidak diterapkan pada selada karena struktur batangselada yang pendek dengan helai daun yang lebar. Bobot segar tajuk selada yang ditanam padamedia rockwool lokal (141,27 ± 16,49 g) juga ditemukan paling tinggi dan berbeda secara signifikan daribobot segar tajuk selada pada media spons (81,48 ± 9,50 g), namun tidak berbeda signifikan dengan bobotsegar tajuk selada pada media rockwool impor (121,98 ± 13,38 g).

Budidaya Hidroponik


KESIMPULAN DAN SARAN

Media  tanam rockwool lokal, rockwool impor,  dan  spons  tidak  memberikan  pengaruh  signifikanterhadap pertumbuhan bayam yang mencakup jumlah daun, tinggi tanaman, dan bobot segar tajuk. Namun,jumlah  daun dan  bobot  segar tajuk  selada yang  ditanam pada  media rockwool lokal  lebih tinggi  secarasignifikan daripada jumlah daun dan bobot segar tajuk selada yang ditanam pada media spons. Kadar klorofila, b, dan klorofil total bayam maupun selada yang ditumbuhkan pada ketiga jenis media tanam tidak berbedasecara signifikan.


Untuk penelitian lebih lanjut, pengaruh media tanam  terhadap bobot kering tajuk, bobot  segar dankering akar, kadar  karotenoid, kandungan  fenolik total, serta  aktivitas antioksidan ekstrak tanaman  dapatdievaluasi. Pengaruh jenis media tanam lainnya seperti arang sekam, hidroton, cocopeat, perlit, vermikulit,hydrogel, atau kombinasinya juga menarik untuk diteliti. Selain itu, hubungan antara komposisi nutrisi danjenis media  tanam hidroponik dapat  diinvestigasi lebih  jauh untuk  memperoleh pertumbuhan  bayam danselada yang paling optimum.

LihatTutupKomentar