-->

Ads

Hidroponik Modern Di Zaman Milenial

HIDROPONIK: Pertanian Modern di Zaman Milenial


Menanam sayuran dan buah-buahan sekarang menjadi salah satu hal yang paling banyak diminati (hobi) oleh segala orang mulai dari desa sampai perkotaan, dengan alasan utama untuk unsur kesehatan. Tetapi harapan berkebun sayur tersebut terhalang karena tak tersedianya lahan dan aktivitas rutin lainnya. Tetapi jangan berkecil hati, salah satu solusinya yakni dengan bertanam secara hidroponik. Nah…apa itu hidroponik? Bagaimana sejarahnya dan kapan hidroponik itu muncul di indonesia? Apa saja jenis hidroponik hal yang demikian? Serta apa profit atau kelebihan hidroponik hal yang demikian? Hingga kendala yang dihadapi dalam budidaya hidroponik ? Seluruh itu akan dikupas dalam tulisan ini ya teman pembaca loyal Informasi Sumbar…


Hidroponik berasal dari bahasa Yunani adalah “hidros” dan “ponos”.  Hidros artinya air, meskipun Ponos artinya tenaga kerja. Jadi secara istilah bahasa, hidroponik merupakan cara bercocok tanam menggunakan air sebagai tenaga kerja (media tanamnya), dengan arti kata tidak memakai tanah sebagai media tanam. Meski budidaya secara konvensional kita mengaplikasikan tanah. Sehingga bisa dibilang hidroponik termasuk ke dalam penemuan kreatif perkembangan teknik bercocok tanam yang modern. Oleh sebab itu, budidaya secara hidroponik tak perlu tanah dan lahan yang luas. Namun sedangkan tak memakai tanah, hidroponik memiliki mekanisme yang lebih rumit dan terdapat beberapa hal yang harus anda amati. Satu hal penting yang wajib kita amati dalam hidroponik yakni pastikan media tanam yang anda pakai tersebut (ialah air) mengandung nutrisi yang lengkap, bagus faktor hara makro maupun faktor hara mikro cukup sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman optimal.



Perkembangan menanam tanaman dengan mengaplikasikan media air ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Ditambah dengan kian sempitnya lahan tanam di perkotaan, yang membuat banyak orang tak dapat menanam tanaman sesuka hati karena kegiatan rutinitasnya. Budidaya hidroponik kian meluas pada awal abad ke 19, tapi namanya belum hidroponik, melainkan budidaya perairan. Istilah hidroponik pertama kali diberi tahu oleh seorang peneliti bernama William Frederick Gericke, yang saat itu berhasil menanam tomat dengan metode hidroponik dengan ukuran tinggi tanamannya yang menempuh 25 cm. Kemudian Willian Gericke hal yang demikian menerbitkan buku yang isinya mengenai teknik, nutrisi, media dan hal lainnya tentang hidroponik yang betul-betul lengkap. Dari situlah cara menanam atau budidaya dengan hidroponik ini kian meluas dan berkembang pesat, termasuk penanaman hidroponik di Indonesia yang juga mulai banyak dipakai oleh para petani dan orang lazim.


Di Indonesia, hidroponik ini masuk pada tahun 1980 yang disampaikan oleh Bob Sadino. Pengusaha sukses tersebut mempopulerkan teknik hidroponik di Indonesia,  yang ketika itu juga acap kali menjadi narasumber/pakar dalam bidang agribisnis. Mulanya cara penanaman unik ini cuma dikerjakan sebagai hobi atau kecintaan seseorang pada tanaman, yang berkeinginan mencoba menanam tanaman tak mengaplikasikan tanah. Malahan banyak orang yang mengaplikasikan tanaman ini sebagai tanaman hias di rumah, serta menjadi salah satu dekorasi di ruangan yang unik dan menarik. Namun, lain dahulu dan lain sekarang, hidroponik bukan cuma menjadi hobi semata, melainkan telah menjadi sistem budidaya tanaman yang komersial. Malah di beberapa negara maju seperti Amerika, Kanada, Jepang, Singapura telah konsentrasi dalam menerapkan hidroponik sebagai teknologi untuk menjadikan sayuran dan buah-buahan di negaranya.


Setelah tahu pengertian dan sejarah munculnya, sekarang kita bahas apa saja variasi hidroponik hal yang demikian ya.. Ada enam jenis hidroponik, ialah :

1. Reservoir. Hidroponik dengan sistem reservoir, caranya: akar tanaman digantung segera ke dalam larutan nutrisi dan petani mesti menggunakan pompa udara akuarium untuk mengoksidasi larutan gizi sehingga tak seluruh komponen tanaman terendam ke dalam air.


2. Film nutrisi. Hidproponik dengan sistem ini bertumpu pada penyerapan oksigen dari udara dengan mengalirkan larutan nutrisi secara terus menerus di atas akar tanaman. Syarat mengaplikasikan cara ini adalah tanaman sepatutnya tumbuh sedikit miring sehingga memungkinkan larutan mengalir ke bawah. Teknik satu ini mungkin terdengar merepotkan, melainkan akan sebanding dengan hasil yang diperoleh.


3. Aeroponik. Sesuai dengan namanya, sistem sati ini tergantung pada akar yang menggantung di udara dan mengaburkannya dengan larutan. Anda bisa meningkatkan pertumbuhan dengan cara ini dan melakukannya dengan memukul akar dengan fogger kolam atau nozzle semprotan halus.


4. Wick. Hidroponik dengan cara wicking ini adalah tanaman dan reservoir larutan nutrisi dikaitkan oleh sumbu yang diterapkan untuk memberikan makanan tiap waktu. Bahan penyerap seperti kapas adalah media yang paling biasa dan dapat secara pelan menyalurkan air atau nutrisi ke tanaman. Cara hidroponik satu ini dianggap sebagai salah satu yang paling simpel dan hemat biaya, malah paling populer. Semisal: Hidroponik dengan teknik NFT.


5. Ebb and flow. Hidroponik dengan teknik ini membutuhkan penggenangan zona tumbuh pada interval tertentu menurut pengatur waktu. Di jeda-jeda banjir, larutan nutrisi mengalir kembali ke reservoir. Ebb and flow dianggap sebagai teknik tingkat menengah dan tidak membutuhkan terlalu banyak air.


6. Drip. Hidroponik dengan dengan cara drip, dimana umpan lambat larutan nutrisi didistribusikan ke media hidroponik menggunakan media pengeringan lambat seperti wol batu, sabut kelapa, atau lumut gambut.



Adapun beberapa profit budidaya hidroponik merupakan :

  1. Tidak perlu tanah sebagai media tanam, sebab media tanamnya merupakan air.
  2. Solusi untuk mengatasi dilema kekurangan lahan yang semakin tahun semakin sempit sebab alih fungsi lahan untuk perumahan dan industri. Sebab tak perlu lahan luas dan bisa dijalankan di lahan yang terbatas atau sempit, sehingga bisa dilaksanakan oleh orang-orang yang tinggal di apartemen atau di rumah susun sekali bahkan.
  3. Tak perlu menyiram tanaman setiap hari sebab air yang diterapkan telah mengandung gizi yang cukup.
  4. Kecuali sebagai media tanam, air yang dipakai dalam sistem hidroponik juga bisa digunakan untuk keperluan lain, seumpama dijadikan akuarium ataupun kolam pemeliharan ikan.
  5. Perawatannya lebih praktis bagus dari gangguan gulma (tumbuhan pengganggu) maupun hama dan penyakit, karena dapat dipegang dengan baik.
  6. Budidaya tak tergantung musim untuk sebagian tanaman.
  7. Relatif tak menghasilkan polusi gizi ke lingkungan.
  8. Mudah dalam memanen hasil, steril dan bersih.
  9. Harga jual tanaman hasil hidroponik lebih mahal diperbandingkan hasil budidaya secara konvensional.


Contoh tanaman yang bisa dibudidayakan untuk kebutuhan komersial dan memiliki skor jual yang cukup tinggi adalah paprika, pakcoy, tomat, selada, seledri, melon, semangka, strawberry, dan kangkung. Selain macam tanaman yang disebutkan itu, masih banyak tanaman yang bisa dibudidayakan mengaplikasikan teknik hidroponik. Padahal hasil dari tanaman, hidroponik itu bagus dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, melainkan di dalam pengerjaan penanamannya masih ada banyak kendala atau keadaan sulit, seperti : listrik mati dalam kurun waktu yang lama (24 jam), fokus gizi yang diberikan tak pantas keperluan tanaman, debit air yang tidak stabil, serta lumut yang muncul di pipa paralon/pipa plastik. Jadi sahabat pembaca itulah uraian komplit mengenai hidroponik..Semoga tulisan ini berguna dan menambah wawasan kita. Terakhir, jangan lupa share artikel ini ke sahabat-temanmu yang lain ya sahabat pembaca.. Salam petani modern. Silvia Permata Sari


https://beritasumbar.com/hidroponik-pertanian-modern-di-zaman-milenial/

LihatTutupKomentar